KEBUTUHAN ulat hongkong atau ulat kandang untuk pakan hewan cukup besar. Sayangnya, budidaya ulat yang juga dikenal dengan sebutan meal worm ini masih terbatas. Tertarik menjajalnya?
Saat ini, mayoritas peternak ulat hongkong berdomisili di daerah Jawa Timur. Seperti Mujiono, peternak ulat hongkong di Bululawang, kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar, Jawa Timur mengatakan, budidaya ulat hongKong masih terpusat di Jawa Timur saja. "Padahal peluang bisnis budidaya ulat hongkong sangat besar," katanya.
Mujiono menuturkan, ulat hongkong memiliki kandungan protein sekitar 62 persen. Dengan kandungan yang tinggi, ulat hongkong menjadi alternatif pakan yang disukai para peternak burung, udang windu, ikan koi, arowana, bahkan landak mini. "Hingga 70 persen produksi ulat hongkong kami dipakai untuk pakan burung, terutama burung kicau," katanya.
Mujiono memiliki empat kandang berukuran masing-masing 10 meter (m) x 20 m. Setiap kandang menampung sekitar 100 kotak yang terbuat dari papan. Kotak tersebut diisi sekitar 3 kilogram (kg) ulat hongkong. Setiap kandang bisa menghasilkan hingga 25 kg ulat setiap panen.
Setiap bulan, Mujiono bisa memanen sebanyak 2 kali, dengan rincian 25 kg per-panenan, berarti satu bulan dirinya dapat menjual 50 kg kepada para pengepul. “Alhamdulillah meski usaha seperti ini (ternak ulat) perbulan omsetnya mencapai Rp1 juta, saya menjualnya kepada pengepul", tambahnya.